Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) memastikan, vaksin yang beredar di Indonesia tak mengandung babi. Unsur babi hanya digunakan saat pencucian biakan mikroorganisme yang digunakan sebagai bahan vaksin. Setelah pencucian selesai, unsur babi tidak ditemukan sama sekali dalam vaksin yang siap digunakan.
"Pembuatan vaksin hanya bersentuhan dengan babi saat proses pencucian. Setelahnya tidak ditemukan lagi adanya unsur babi," ujar Ketua Bidang Kajian Obat dan Farmakoterapi PB-IDI Masfar Salim pada acara temu media di Jakarta, Kamis (12/12/2013) kemarin.
Lebih lanjut, Masfar menjelaskan, vaksin tidak dibuat dalam waktu sebentar. Dibutuhkan waktu lebih dari 5 tahun untuk menciptakan suatu vaksin. Vaksin melewati sedikitnya lima tahap dalam pembuatannya. Setiap tahap memerlukan keahlian tersendiri dan ditangani departemen yang berbeda.
Tahap pertama adalah persiapan medium, yang dilanjutkan penanaman mikroorganisme. Mikroorganisme kemudian dibiarkan berkembang biak hingga bisa dipanen. Dalam pemanenan, mikroorganisme harus dipisahkan dengan media kultur yang disebut tahap pencucian. Selanjutnya, mikroorganisme diinaktivasi hingga menjadi vaksin yang siap digunakan.
Unsur babi sebagai bahan utama enzim tripsin digunakan pada tahap pencucian mikroorganisme. Enzim berguna sebagai katalisator yang mempercepat reaksi kimia tanpa zat tersebut ikut bereaksi.
Dalam prosesnya, proses pemisahan media kultur dan mikroorganisme dilakukan mesin dengan teknik ultrafiltrasi. Mesin ini berputar 1,4 miliar kali untuk mendapatkan mikroorganisme hasil biakan.
"Selama proses tersebut enzim tripsin membantu tanpa ikut bereaksi sehingga diperoleh mikoorganisme bahan vaksin yang tidak mengandung babi," kata vaksinolog dari FKUI-RSCM Dirga Sakti Rambe.
summer : kompashealth.
0 comments:
Post a Comment