Monday, November 18, 2013

Inilah di Katakan Diabetes Mellitus

    Ditempat praktik, sering saya temukan pasien dengan kesadaran sendiri meminta untuk dilakukan pemeriksaan gula darah. Bahkan di arena olahraga tertentu pun sering kita temukan stand yang menawarkan pemeriksaan gula darah.
Seberapa penting pemeriksaan gula darah? Saat ini mungkin hampir semua orang mengetahui apa bahaya dari gula darah tinggi. Mereka paham apa dampak dari penyakit yang disebut kencing manis atau istilah medisnya adalah Diabetes Mellitus (DM). Namun, bagaimana seseorang dapat mengetahui bahwa dia menderita kencing manis atau tidak?

Ternyata berdasarkan konsensus DM di Indonesia tahun 2011 yang di dibuat oleh PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) tidak semerta-merta seseorang dengan hasil gula darah diatas 126 mg/dL atau 200 mg/dL langsung didiagnosa menderita DM. Sebelumnya harus ada keluhan “klasik” yang menyertai dalam sehari-hari seperti sering merasa haus, sering merasakan lapar dan sering buang air kecil beserta penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.


Dengan adanya keluhan tersebut dan disertai dengan hasil gula darah yang lebih dari 126 mg/dL untuk gula darah puasa dan lebih dari 200 mg/dL untuk gula darah sewaktu baru makan, dapat di tegakkan diagnosa penyakit Diabetes Mellitius (DM).
Lalu bagaimana jika keluhan klasik tersebut tidak ada namun hasil gula darah puasa dan setelah makan melebihi 126 mg/dL dan 200 mg/dL? Jika anda tidak memiliki risiko tinggi seperti dislipidemia (kolesterol berlebih dalam darah), hipertensi, obesitas dan penyakit jantung koroner maka dokter akan menganjurkan anda untuk melakukan pemeriksaan penyaring setelah 3 tahun. Dengan catatan tidak ada keluhan-keluhan “klasik” DM. Jika anda memiliki risiko tinggi seperti umur diatas 45 tahun, terdapat dislipidemia, hipertensi, obesitas dan penyakit jantung koroner maka anda dianjurkan melakukan pemeriksaan penyaring kembali setahun setelahnya.

Selain itu ada pemeriksaan lebih sensitif dan spesifik untuk pemeriksaan gula darah, dinamakan TTGO (Test Toleransi Glukosa Oral) dengan memberikan 75 gram gula yang dilarutkan dalam air putih 250 cc habis dalam waktu 5 menit. Hanya saja pemeriksaan ini jarang dilakukan di tempat praktik umum atau di rumah sakit karena pasien diperlukan persiapan khusus sebelumnya. Pemeriksaan ini dilakukan jika anda tidak ada keluhan “klasik” DM, tapi anda memiliki rentang gula darah 100-125 mg/dL untuk gula darah puasa dan 140-199 mg/dL untuk gula darah sewaktu, maka ini digunakan untuk konfirmasi adanya intoleransi glukosa dalam darah.

Sebelum gula darah mencapai DM sebenarnya juga ada istilah yang disebut dengan TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) dan GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu). TGT ditegakkan jika pemeriksaan TTGO didapatkan gula darah 2 jam sebesar 140-199 mg/dL. Sedangkan GDPT dapat ditegakkan jika pemeriksaan gula darah puasa anda diantara 100-125 mg/dL dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam kurang dari 140 mg/dL. Dua hasil ini belum menunjukkan anda di diagnosa dengan DM, tapi hasil ini menunjukkan bahwa sudah terjadi intoleransi glukosa dalam tubuh anda, yang nantinya akan menjadi diabetes mellitus (DM).

Lalu bagaimana pencegahan dan pengobatan DM? Dari hasil konsensus tetap menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup yang berhubungan dengan status gizi merupakan pilar utamanya, bukan obat-obatan. Pengaturan pola makan dan latihan jasmani 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu minimal 2-4 minggu dapat menurunkan gula darah. Jika tidak tercapai penurunan gula darah dengan pola makan dan olahraga yang teratur baru dibutuhkan obat gula darah.
Jadi, tidak gampang untuk seorang dokter mendiagnosis anda DM atau tidak. Dan tidak pula semua diagnosa DM membutuhkan langsung obat-obatan. Pengaturan pola makan dan latihan jasmani yang berkesinambungan sehingga dapat menurunkan berat badan ideal tetap menjadi pilar utama untuk pencegahan

kompas

0 comments:

Post a Comment