Ditempat praktik, sering saya temukan pasien dengan
kesadaran sendiri meminta untuk dilakukan pemeriksaan gula darah.
Bahkan di arena olahraga tertentu pun sering kita temukan stand yang menawarkan pemeriksaan gula darah.
Seberapa penting pemeriksaan gula darah? Saat
ini mungkin hampir semua orang mengetahui apa bahaya dari gula darah
tinggi. Mereka paham apa dampak dari penyakit yang disebut kencing manis
atau istilah medisnya adalah Diabetes Mellitus (DM). Namun, bagaimana
seseorang dapat mengetahui bahwa dia menderita kencing manis atau tidak?
Ternyata berdasarkan konsensus DM di Indonesia
tahun 2011 yang di dibuat oleh PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia) tidak semerta-merta seseorang dengan hasil gula darah diatas
126 mg/dL atau 200 mg/dL langsung didiagnosa menderita DM. Sebelumnya
harus ada keluhan “klasik” yang menyertai dalam sehari-hari seperti
sering merasa haus, sering merasakan lapar dan sering buang air kecil
beserta penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Dengan adanya keluhan tersebut dan disertai dengan hasil gula darah yang
lebih dari 126 mg/dL untuk gula darah puasa dan lebih dari 200 mg/dL
untuk gula darah sewaktu baru makan, dapat di tegakkan diagnosa penyakit
Diabetes Mellitius (DM).
Lalu bagaimana jika keluhan klasik tersebut tidak ada namun hasil gula
darah puasa dan setelah makan melebihi 126 mg/dL dan 200 mg/dL? Jika
anda tidak memiliki risiko tinggi seperti dislipidemia (kolesterol
berlebih dalam darah), hipertensi, obesitas dan penyakit jantung koroner
maka dokter akan menganjurkan anda untuk melakukan pemeriksaan
penyaring setelah 3 tahun. Dengan catatan tidak ada keluhan-keluhan
“klasik” DM. Jika anda memiliki risiko tinggi seperti umur diatas 45
tahun, terdapat dislipidemia, hipertensi, obesitas dan penyakit jantung
koroner maka anda dianjurkan melakukan pemeriksaan penyaring kembali
setahun setelahnya.
Selain itu ada pemeriksaan lebih sensitif dan
spesifik untuk pemeriksaan gula darah, dinamakan TTGO (Test Toleransi
Glukosa Oral) dengan memberikan 75 gram gula yang dilarutkan dalam air
putih 250 cc habis dalam waktu 5 menit. Hanya saja pemeriksaan ini
jarang dilakukan di tempat praktik umum atau di rumah sakit karena
pasien diperlukan persiapan khusus sebelumnya. Pemeriksaan ini dilakukan
jika anda tidak ada keluhan “klasik” DM, tapi anda memiliki rentang
gula darah 100-125 mg/dL untuk gula darah puasa dan 140-199 mg/dL untuk
gula darah sewaktu, maka ini digunakan untuk konfirmasi adanya
intoleransi glukosa dalam darah.
Sebelum gula darah mencapai DM sebenarnya
juga ada istilah yang disebut dengan TGT (Toleransi Glukosa Terganggu)
dan GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu). TGT ditegakkan jika
pemeriksaan TTGO didapatkan gula darah 2 jam sebesar 140-199 mg/dL.
Sedangkan GDPT dapat ditegakkan jika pemeriksaan gula darah puasa anda
diantara 100-125 mg/dL dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam kurang dari
140 mg/dL. Dua hasil ini belum menunjukkan anda di diagnosa dengan DM,
tapi hasil ini menunjukkan bahwa sudah terjadi intoleransi glukosa dalam
tubuh anda, yang nantinya akan menjadi diabetes mellitus (DM).
Lalu bagaimana pencegahan dan pengobatan DM? Dari
hasil konsensus tetap menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup yang
berhubungan dengan status gizi merupakan pilar utamanya, bukan
obat-obatan. Pengaturan pola makan dan latihan jasmani 2-3 kali
seminggu dalam kurun waktu minimal 2-4 minggu dapat menurunkan gula
darah. Jika tidak tercapai penurunan gula darah dengan pola makan dan
olahraga yang teratur baru dibutuhkan obat gula darah.
Jadi, tidak gampang untuk seorang dokter
mendiagnosis anda DM atau tidak. Dan tidak pula semua diagnosa DM
membutuhkan langsung obat-obatan. Pengaturan pola makan dan latihan
jasmani yang berkesinambungan sehingga dapat menurunkan berat badan
ideal tetap menjadi pilar utama untuk pencegahan
kompas
0 comments:
Post a Comment