Bapak ini, sebut saja Tn A, 51 tahun, sudah menjalani hemodialisa
(cuci darah) 2 kali dalam seminggu sejak 3 tahun lalu. Menurut
pengakuannya, sebelum dinyatakan menderita sakit ginjal kronis yang
akhirnya harus menjalani hemodialisa, ia menderita hipertensi.
"Tekanan darah saya sampai lebih dari 200, dokter. Tetapi tidak
merasa apa-apa, kalau sesekali kepala saya sakit, Saya cukup beli obat
di warung," ujarnya.
Banyak pasien lain hampir dengan cerita yang sama, akibat hipertensi,
lalu tiba-tiba ada yang mengalami stroke, serangan jantung dan
sebagainya. Tak heran bila hipertensi diberi label the silent killer.
Hipertensi diibaratkan pencuri yang mengendap-ngendap masuk ke dalam
rumah, menguras barang-barang berharga. Kita baru sadar ketika barang
milik berharga itu hilang dan kita sangat memerlukanya.
Begitu juga dengan bapak di atas, hipertensi menyebabkan dia
kehilangan ke dua ginjalnya. Secara fisik ginjal itu masih ada, tetapi
tidak berfungsi lagi. Ginjal itu tak berkerja lagi sebagaimana Tuhan
sudah merancangnya, membersihkan sampah-sampah sisa pembakaran dalam
tubuh, menjaga keseimbangan kimiawi, cairan tubuh, memproduksi hormon,
dan lain-lain.
Nah, bayangkan kalau ginjal sudah seperti itu, tak
bisa menyaring cairan, membersihkan darah, memproduksi urin, maka air
akan menumpuk dalam tubuh kita. Akibatnya tekanan darah akan semakin
tinggi, jantung akan membesar, mengalami kelelahan, tubuh pun akan
membengkak. Di samping itu, karena sampah-sampah sisa-sisa pembakaran
dalam tubuh kita juga tidak dapat dibuang oleh ginjal, maka
sampah-sampah itu akan menjadi racun. Semua organ tubuh yang lain akan
dirusak juga. Akibat semua itu, keluhan sesak nafas, mudah letih,
lemas, mual,muntah, pusing, tidak ada nafsu makan akan muncul.
Sebelum
mesin hemodialisa yang berkerja menggantikan fungsi ginjal ini
ditemukan (di Indonesia baru pada akhir tahun 1970), pasien-pasien
penyakit ginjal kronis tahap akhir, atau gagal ginjal ini tidak berapa
lama setelah diagnosis ditegakkan, biasanya akan meninggal.
Syukurlah dengan perkembangan teknologi, penderita gagal ginjal yang
menjalani hemodialisa, dalam batas-batas tertentu, kualitas kehidupannya
bisa lebih baik. Sayangnya disamping memerlukan biaya mahal, aksesnya
masih sulit, ginjal buatan itu tidak pernah akan sama dengan ginjal
ciptaan Tuhan.
Kemudian, “kenapa pasien di atas, atau kebanyakan
pasien lainnya baru sadar, setelah jatuh dalam kondisi, penyakitnya
sudah lanjut, harus menjalani hemodialisa?” Salah satu jawabannya
adalah, bahwa penyakit ginjal kronis, seperti hipertensi juga tidak
memberikan gejala yang khas pada awalnya. Penurunan fungsi ginjal sampai
60 persen saja kadang-kadang tidak menimbulkan gejala. Keluhan-keluhan
akibat uremia seperti letih, mual, muntah, tidak ada nafsu makan sering
dirasakan pasien, pada saat fungsi ginjal sudah sangat menurun.
Oleh sebab itu, yang perlu diwaspadai adalah faktor risiko penyakit
ginjal kronis itu. Faktor resiko itu, disamping hipertensi, adalah
diabetes mellitus, batu ginjal, obat-obatan tertetentu- terutama
penghilang nyeri, obat rematik, jamu, beberapa herbal– penyakit
glomerulus ginjal, infeksi ginjal, tumor dan lain-lain.
Karena itulah, kalau kita mempunyai faktor risiko ini, maka
seharusnya dikendalikan dengan baik. Seperti hipertensi, tensi pun harus
terkontrol sampai kurang dari 140/90 mm Hg, diabetes, gula darah puasa
kurang dari 140 mg/dl, dan 2 jam setelah makan kurang dari 180 mg/dl.
Bila anda ada batu ginjal, infeksi saluran kemih, jangan dibiarkan saja.
Selain
itu, untuk melihat adanya gangguan fungsi ginjal, secara sederhana
sebenarnya dapat dilihat dari urin kita. Jumlah urin yang bertambah atau
berkurang dari biasanya, sering buang air kecil malam hari, urin
berbusa-buih karena mengandung protein atau adanya darah dalam urin,
merupakan tanda penyakit ginjal yang mungkin kita alami. Sayangnya,
kebanyakan kita tidak menyadarinya.
Untuk itu, sebenarnya pada mereka yang mempunyai faktor risiko
penyakit ginjal kronis, sebaikya dilakukan pemeriksaan sederhana untuk
melihat adanya protein, dan sel darah merah dalam urin. Dalam keadaan
normal itu tidak ada, tetapi pada gangguan fungsi ginjal, protein dan
sel darah merah akan didapatkan dalam urin, karena ginjal tidak bisa
menyaringnya.
Andaikan kelainan urin itu dapat diketahui lebih dini, banyak yang
dapat dilakukan untuk mencegah semakin memburuknya fungsi ginjal itu.
Pada pasien hipertensi misalnya, pilhan obat yang tepat, perubahan gaya
hidup, diet atau pola makan (pembatasan protein, garam), memghentikan
rokok dapat memperlambat proses memburuknya fungsi ginjal, sehingga anda
tidak perlu cuci darah
Jadi, hipertensi tak hanya mengancam
jantung dan otak saja. Ginjal anda juga dapat dirusaknya. Karena itu
jangan abaikan, kendalikanlah dengan baik. Bila tidak, kemungkinan anda
menjalani hemodialisa (cuci darah) seperti pasien di atas dapat terjadi.
Dan ingat, bahwa di Amerika Serikat sekitar 30 dari mereka yang
mengalami hemodialisa adalah karena hipertensi, sementara di Indonesia
sekitar 10 dari 100 pasien.
kompas